Jakarta – Pencegahan bahaya narkoba dan pornografi masih menjadi fokus utama yang dilakukan Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Aceh. Karena dianggap bisa merusak generasi-generasi muda di Aceh.
“Pornografi dan bahaya narkoba ini adalah fokus kita bersama seluruh Pemerintah serta dengan organisasi-organisasi yang ada di Aceh,” kata Ketua BKMT Aceh Dyah Erti Idawati, dalam Rapat Kerja Nasional ke-IV dan milad 39 tahun BMKT, di Kampus 2 Universitas Islam As-syafi’iah, Jakarta Timur, Sabtu (14/03/2020).
Apalagi katanya, BKMT mempunyai inovasi-inovasi terbaru, yakni memperluas kerjasam-kerjasama yang biasanya dibuat sebagai wadah dakwah-dakwah. Akan tetapi yang diinginkan memberikan solusi bagi mitra-mitra kerja.
“Kita saat ini bekerja dengan Dinas Pendidikan Dayah di Aceh, dimana dayah di Aceh itu sudah diformalkan, karena kita Syariat Islam. Sehingga menjadi inovasi kita saat ini masuk ke dayah-dayah,” ujar Ibu Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh itu.
Ia merincikan, dalam setahun kerjasama yang dilakukan sebanyak lima dayah, Dinas Syariat Islam, serta Badan Narkotikas Nasional (BNN) Pusat dan Provinasi. Karena dinilai sosialiasi-sosialiasi dan dakwah-dakwa masih sangat masif sekali dilakukan.
“Karena itu kita sekali-sekali masuk ke dayah-dayah. Karena banyak sekali permsalahan-permasalahan sosial yang terjadi dari dayah,” katanya.
Dyah berharap kedepan mereka yang dari pendidikan di dayah bisa menjadi generasi penerus BKMT. “Karena mereka akan menjadi ustad-ustad kedepan, sehingga kita bisa merekrut generrasi-generasi muda di pesantren-pesantren,” ujarnya.
Ketua Umum BKMT Pusat Syifa Fauzia mengatakan, menyangkut dengan permasalahan pornografi dan bahaya narkoba, itu dinilasi sudah terjadi hampir seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
“Terima kasih ibu Dyah sudah mengingatkan, Insya Allah saya akan mencoba menjajaki kerjasama dengan BNN secara nasional, kita bisa MoU, apa yang bisa kita lakukan untuk pencegahan ini, terutama untuk generasi-generasi dibawah kita,” ujarnya.
Begitu juga terkait dengan pornografi yang terjadi saat ini, dinilai menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama, terutama bagi kaum ibu-ibu. “Bahwa bahaya pornografi, porno aksi, dan prostitusi menjadi PR kita bersama,” ujarnya.