PRESS RILIS
Jakarta - Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah MT menilai pentingnya penyelenggaraan International Conference On Islamic Studies (ICIS) 2021 bagi Aceh. Karena di bumi Serambi Mekah itu, tengah melaksanakan Syariat Islam.
"Kontribusi pemikiran dari para keynote speaker dan peserta tentu sangat diperlukan dalam upaya penguatan pembangunan bidang Syariat Islam dan perdamaian di Aceh," kata Gubernur Aceh, dalam sambutan ICIS yang diselenggarakan Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Senin, 4 Oktober 2021.
Dalam kegiatan yang bertemakan “Islam Dan Keberlanjutan Pembangunan” itu, menurut Nova, inisiatif melahirkan buku yang merupakan prosiding dan kumpulan hasil pemikiran para intelektual, akan menjadi referensi penting untuk menyukseskan berbagai program pembangunan terutama di Aceh.
"Kegiatan ini pula sekaligus menunjukan kepada kita semua, betapa besarnya perhatian semua pihak untuk keberlanjutan pembangunan dan perdamaian terutama di Aceh," sebut Nova.
Dukungan tersebut, tambah Gubernur, semakin mendorong Pemerintah Aceh untuk lebih kencang memacu proses pembangunan dan perdamaian yang saat ini sedang berjalan di Aceh.
Apalagi sebut Nova, pada acara virtual tersebut, juga turut dihadiri Bapak pembangunan dan perdamaian Aceh, Jenderal TNI (Purn) Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dan Dr. (Hc) H.M. Yusuf Kalla.
"Karena proses perdamaian yang terjadi di Aceh 16 tahun lalu, tidak terlepas dari peran dan keberanian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Yusuf Kalla," katanya.
Untuk itu, Gubernur atas nama pemerintah dan masyarakat Aceh menyampaikan ribuan terima kasih atasupaya dalam mewu judkan perdamaian demi keberlanjutan pembangunan di Aceh.
"Berkat dukungan semua pihak selama 16 tahun pula perubahan demi perubahan telah kita wujudkan di Aceh. Tentu saja perubahan tersebut belum pada tahap memuaskan semua pihak. Masih banyak perubahan yang mesti terus kita lakukan," katanya.
Maka, sebut Nova, pada kegiatan ini perlunya kebersamaan dan dukungan dari semua komponen anak bangsa, mulai dari ulama, akademisi, kaum intelektual dan kelompok masyarakat sipil lainnya, sehingga cita-cita mewujudkan Aceh yang bermartabat dapat segera tercapai.
Menurutnya, kegiatan bertema “Islam And Sustainable Development” merupakan sebuah telaahan menarik yang menarik, bagaimana sebenarnya kondisi Aceh paling kurang 5 sampai 10 tahun mendatang dalam tahapan pembangunan berkelanjutan.
"Melihat tema tersebut bisa difahami bahwa persoalan yang dibahas dalam konferensi ini sangat luas. Bukan hanya masalah pembangunan bidang sosial, politik, perdamaian, Syariat Islam dan budaya serta peradaban, namun juga membahas tentang wisata dan makanan halal hingga yang lebih spesifik seperti masalah pendidikan era digital dan pandemi COVID-19," sebutnya.
Maka katanya, besar cakupan yang dibahas memberikan ruang kepada seluruh tokoh dan intelektual untuk tampil berbicara menurut bidang masing-masing dalam forum ini secara lebih luas.
"Sehingga dapat kami katakan konferensi ini merupakan bentuk dari Participatory Development dari seluruh komponen masyarakat dengan berbagai disiplin ilmu yang dimiliki," kata Nova
Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk memberikan masukan yang konstruktif tentang proses pembangunan dan perdamaian Aceh dewasa ini.
"Kami sangat terbuka dengan masukan atau kritik yang membangun. Dengan demikian maka kita akan lebih berkembang dan semakin dinamis. Tentu harapan kami akan lebih baik jika masukan tersebut disertai pula usulan atau rekomendasi sehingga semangat perubahan dapat terlihat dengan jelas," ujarnya.