Kaji Pengelolaan Destinasi Wisata dan Kolaborasi Budaya, Tim Subbid Promosi dan Pameran Kunjungi Keraton Yogya dan Candi Prambanan
Tim dari Staf Subbid Promosi dan Pameran melakukan kunjungan ke Kraton Yogyakarta, kawasan Candi Prambanan dan destinasi wisata lainnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 19 sampai 22 November 2025.
Kunjungan ke destinasi wisata di DIY dilakukan dalam rangka Kajian Pengelolaan Destinasi Wisata dan Kolaborasi Budaya.
Menurut arahan Kasubbid Promosi dan Pameran Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA), Drs T Syafrizal, MSi, pengelolaan Anjungan Pemerintah Aceh di TMII antara lain memiliki unsur pengelolaan destinasi wisata dan pergelaran seni budaya.
"Sehingga untuk meningkatkan pengelolaan Anjungan Pemerintah Aceh di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), perlu meningkatkan wawasan pengelolaan destinasi wisata dengan melihat dan membandingkan destinasi wisata lainnya dan bagaimana membuat pergelaran seni budaya yang mampu menarik wisatawan," kata Drs T Syafrizal, MSi.
Tim Kajian Pengelolaan Destinasi Wisata dan Kolaborasi Budaya Subbid Promosi dan Pameran BPPA beranggotakan lima orang, yakni: Erni Yanis, SE, MSi, Marlisa Geminiyati, ST, Muhamad Iqbal, SE, Cut Keumala Sari, AMd dan Muhamnad Taufik.
Menurut Erni Yanis, kunjungan ke Candi Prambanan memberikan pengalaman yang sangat berkesan.
"Kawasan Candi Prambanan yang megah, terawat rapi dan bersih mencerminkan nilai historis dan budaya bangsa Indonesia," katanya.
Pemanfaatan pelataran Candi Prambanan sebagai lokasi pementasan budaya, festival seni dan berbagai pertunjukan tradisional Nusantara, bisa menjadi contoh dalam pengelolaan Anjungan Pemerintah Aceh di TMII.
"Berharap Sanggar Seni Geumala Nanggroe Binaan Badan Penghubung Pemerintah Aceh, mendapat kesempatan bisa tampil di lokasi wisata Candi Prambanan," lanjut Erni Yanis.
Masalah perawatan bangunan juga menjadi perhatian Marlisa Geminiyati.
"Candi Prambanan terawat dengan baik. Dengan arsitektur jaman dulu hingga kini masih berdiri megah kental dengan nuansa Hindu. Sejauh mata memandang, terhampar taman yang luas dan asri," ujar Marlisa.
Akan halnya Kraton Yogyakarta, Muhamad Iqbal menyoroti banyaknya aktivitas yang dilakukan dan terkelola dengan baik.
"Kraton Yogya penuh dengan aktivitas pertunjukan yang dimenej dengan baik, dengan pemasaran lewat media sosial," tutur Muhamad Iqbal.
Sementara bagi Cut Keumala Sari, kunjungan ke Keraton Yogyakarta memberikan pemahamannya tentang sejarah dan kebudayaan Jawa.
"Keraton Yogyakarta tempat ikonik dan bersejarah di Yogyakarta. Pusat kebudayaan dengan suasana yang tenang dan asri. Mengunjungi tempat ini menjadikan saya paham akan sejarah dan kebudayaan Jawa khususnya Kota Yogya," tutur Cut Keumala Sari.
Selain dua destinasi bersejarah, tim mengunjungi destinasi wisata berbasis keindahan alam, Heha Sky View (Kabupaten Bantul) dan Obelix Sea View (Kabupaten Gunungkidul).
Sama-sama berbasis keindahan alam, Obelix Sea View memberi ruang kolaborasi budaya dengan adanya pergelaran tari tradisional.
Selain itu kulinernya juga menawarkan beragam masakan daerah, termasuk ada menu Mie Aceh.
"Yang disayangkan terlalu banyak pungutan, ada 3 pintu masuk berbayar sebelum parkir di kawasan Obelix Sea View," ujar Muhamad Iqbal.

