Dalam rangka melakukan Kajian Pengelolaan Museum, Tim Staf Subbid Promosi dan Pameran melakukan kunjungan ke tiga museum dengan tiga karakter berbeda di Yogyakarta, pada 19 sampai 22 November 2025.
Ketiga museum tersebut adalah Museum Benteng Vredeburg yang dikelola Kementerian, Museum Negeri Sonobudoyo yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jogja National Museum yang dikelola Yayasan Yogyakarta Seni Nusantara (YSSN).
Sesuai dengan arahan Kasubbid Promosi dan Pameran Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA), Drs T Syafrizal, MSi, pengelolaan Anjungan Pemerintah Aceh di TMII juga memiliki unsur kegiatan museum, yakni mengumpulkan, merawat, dan memamerkan koleksi, baik berupa benda berwujud (seperti artefak dan spesimen) maupun takbenda (seperti tradisi dan teknologi).
"Karena itu untuk meningkatkan pengelolaan Anjungan Pemerintah Aceh di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), perlu meningkatkan wawasan pengelolaan museum dengan melihat dan membandingkan museum-museum lainnya," kata Drs T Syafrizal, MSi.
Tim Kajian Pengelolaan Museum Subbid Promosi dan Pameran BPPA beranggotakan lima orang, yakni: Cut Meurah Meutia, ST, MAP, Verawaty, ST, MM, Achmad Marzoeki, ST, Susan, SE dan Nurasiah Mutia, AMd.
Ketiga museum yang dikunjungi memiliki kekhasan masing-masing. Museum Benteng Vredeburg menampilkan diorama sejumlah peristiwa bersejarah dari Perang Diponegoro, hingga masa Pemerintah RI beribukota di Yogyakarta. Meskipun ada juga benda-benda koleksi yang dipamerkan, termasuk mesin cetak koran jaman dulu.
"Museum yang keren banget, mempertahankan arsitektur asli tetapi kaya dengan sentuhan teknologi modern dan terpelihara dengan baik," kata Cut Meurah Meutia usai berkeliling di Museum Benteng Vredeburg.
"Ketika pertama sekali masuk tidak begitu berharap akan begitu berasa seperti melihat film zaman penjajahan dulu. Dari segi arsitektur, ornamen dan material bangunan jaman dulu masih sangat dijaga dan terpelihara dengan baik," sambung Nurasiah Mutia.
Dengan kelengkapan fasilitas yang ada di Museum Benteng Vredeburg, menurut Susan cocok sebagai salah satu tempat penelitian.
"Cocok sekali untuk tempat penelitian karena penggambarannya bagus disertai keterangan yang jelas," katanya.
Dalam pamerannya, Museum Benteng Vredeburg juga memanfaatkan penggunaan teknologi.
"Museum Benteng Vredeburg dikelola dengan cukup baik oleh Kementerian Kebudayaan. Bentuk asli bangunan masih dipertahankan dengan beberapa rehabilitasi bangunan yang mengalami kerusakan. Museum menampilkan display dengan teknologi sehingga pengunjung bisa berinteraktif," ujar Verawaty.
"Museum Benteng Vredeburg menonjolkan diorama sejumlah peristiwa bersejarah untuk lebih memudahkan imajinasi pengunjung dalam memahami peristiwanya. Ada diorama dalam bentuk fisik ada juga yang berupa visual," tambah Achmad Marzoeki.
Dari apa yang diperlihatkan di Museum Benteng Vredeburg, menurut Achmad Marzoeki bisa menjadi pembanding bagi Anjungan Pemerintah Aceh di TMII dalam menyajikan peristiwa bersejarah atau keunikan adat dan seni budaya Aceh.
Museum Negeri Sonobudoyo dan Jogja National Museum juga memiliki keunikan-keunikan tersendiri yang bisa ditiru dengan sejumlah modifikasi untuk meningkatkan daya tarik Anjungan Pemerintah Aceh di TMII.***

