Jakarta - Pada bulan ini, Rabiul Awwal 1443 Hijriyah, umumnya kaum Muslimin di Indonesia menyambut gembira momentum kelahiran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW).
Karena, Beliaulah satu-satunya pribadi yang tidak pernah lekang keharuman namanya. Tak pernah pudar kekaguman orang pada keluhuran budinya.
Sepanjang masa, nama Baginda Nabi SAW dielu-elukan. Shalawat untuk beliau banyak dibacakan. Makam beliau pun ramai dikunjungi orang dengan penuh keharuan sembari diiringi tetesan air mata kerinduan.
Pengutusan Rasulullah SAW adalah nikmat yang paling agung bagi umat manusia. Berkat kedatangan beliau, manusia dibebaskan dari kesesatan. Mereka diajak menuju keimanan dan ketakwaan.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
Sungguh, Allah telah memberi kaum Mukmin karunia ketika Dia mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri. Ia membacakan kepada mereka ayat-ayat Nya, menyucikan (jiwa) mereka serta mengajari mereka al-Kitab (Al Qur’an) dan hikmah (as-Sunnah) meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata (QS Ali Imran [3]: 164).
"Lalu cukupkah kita bergembira? Belum. Kita perlu menunaikan hak-hak Rasulullah SAW," kata Ustad Supriyanto Gayo, SEI,CHP, saat mengisi khutbah, di Mess Aceh Cikini, Jakarta Pusat, Jumat, 29 Oktober 2021.
Ia menyebutkan, hak yang paling utama adalah mengimani Rasulullah sebagai utusan Allah, sekaligus penutup kenabian dan pembawa risalah terakhir.
"Mengimani Rasulullah merupakan satu kesatuan dengan seluruh keimanan yang lain. Tidak boleh dipisahkan. Tidak seperti orang-orang Yahudi yang telah mengetahui Rasulullah SAW adalah Nabi yang terakhir, namun menolak mengimani beliau. Padahal tanda tanda kenabian telah nyata pada diri Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam," sebut Ustad Supri Gayo yang juga Da'i Melenial MUI Pusat itu.
"Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah kami beri al-Kitab (Taurat dan Injil)
mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Sungguh sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui (QS Al Baqarah [2]: 146)".
Khatib mengatakan, bukan seperti pengikut Ahmadiyah yang menolak Rasulullah SAW sebagai penutup para Nabi dan Rasul. Mereka malah mengimani Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi terakhir.
Padahal Rasulullah SAW, telah bersabda, "Aku adalah al-‘Aqib (yang paling belakang). Al-‘Aqib yaitu [Nabi] yang tidak ada lagi Nabi sesudahnya (HR Muslim)".
Begitu juga membacakan shalawat dan salam bagi beliau adalah hak Nabi SAW. Sebagaimana firman-Nya: "Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepada dirinya (QS al-Ahzab [33]: 56)".
Selain itu, Rasulullah SAW juga punya hak untuk dicintai umatnya. Ini adalah bagian kesempurnaan iman. Kecintaan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bukan cinta biasa, tetapi kecintaan di atas segalanya; melebihi cinta pada harta, keluarga dan manusia lain.
Sabda beliau: "Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dia cintai dari pada hartanya, keluarganya dan seluruh umat manusia (HR Muslim)".
"Penting bertanya kepada diri kita, sudah luruskah cinta kita kepada Rasulullah SAW? Jangan-jangan kita lebih cinta kepada keluarga, harta, jabatan, kelompok, suku bangsa, atau tokoh idola kita, melebihi cinta kita kepada baginda Nabi SAW," katanya.
Ia mengatakan, perhatikan peringatan Allah SWT: "Katakanlah, Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, istri-istri kalian, keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perdagangan yang
kalian khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah memberikan keputusan (azab)-Nya. Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang fasik (QS at-Taubah [9]: 24)".
Menurutnya, ketaatan kepada Rasulullah SAW akan mengantarkan umat ke dalam surga-Nya. Inilah janji Rasulullah SAW: "Setiap umatku masuk surga selain yang enggan," Para Sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapa yang enggan?" Beliau menjawab, "Siapa yang menaatiku masuk surga dan siapa yang membangkang kepadaku berarti ia enggan." (HR al-Bukhari).
Karena itu jangan sia-siakan rasa cinta kepada Nabi SAW dengan membangkang kepada beliau, menolak syariah Islam yang beliau bawa, mengkriminalisasi khilafah, memusuhi para pengemban dakwah dan membubarkan organisasi Islam, menebarkan fitnah kepada sesama Muslim, lalu malah bermesraan dengan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya.
"Mari kita tunaikan hak-hak Nabi SAW, mulai sekarang. Terima dengan sepenuh hati warisan beliau, Al-Qur’an dan Sunnah. Dan mari kita perjuangkan untuk diterapkan secara kaffah," ujarnya.