Sesuai komitmen Anjungan Aceh Taman Mini “Indonesia Indah” (TMII) untuk mempromosikan seni budaya Aceh, pada kesempatan kegiatan pentas kesenian rutin Ahad (5/8) giliran seniman musik dan lagu dari lembah Alas diberi kesempatan tampil di panggung terbuka.Untuk pertama kalinya dalam sejarah pementasan seni di Anjungan Aceh, seniman dari lembah Alas ini tampil full time selama 5 jam tanpa jeda, sejak pukul 10.00 s.d 15.00 WIB. Mereka menghibur tamu yang berwisata ke Anjungan Aceh dengan menyanyikan lagu lagu bertema cinta kasih, alam dan keindahan serta pesan moral dan sosial.
Seniman Lembah Alas yang tampil adalah Hanafi dan Fitri, didukung juga oleh Putri Irna, Ana dan Nasrul. Lagu yang mereka bawakan antara lain Cinte Suci, Bunge,Bumi Bedukhi, Bede Agama, Khintik-khintik dan Ameku sayang.
Kristian asal Kosta Rika yang baru menyelesaikan S2 di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo.
Spesialnya pentas seni syair dari lembah Alas, karena diselingi dengan penampilan pentas “musik tubuh” dari seniman asing bernama Kristian, “Master seni” asal Kosta Rika yang baru lulus dari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Saat ini Kristian sedang belajar tari Saman, Didong dan kesenian Aceh lainnya.
Banyak tamu asing dari mancanegara, yang kemudian berjoget ria bersama penyanyi dan Ketua Ikatan Masyarakat Aceh Tenggara (IKMAT) Heru Hendrawan, yang juga hadir dalam rangka koordinasi rencana pelaksanaan Festival Lagu Alas se-Jabodetabek. Anjungan Aceh TMII mengagendakan festival tersebut untuk dilaksanakan pada bulan September 2018 nanti.
Wisatawan manca negara (wisman) yang sedang berkunjung ke Anjungan Aceh TMII tampak ikut berjoged sambil mendengarkan syair dari lembah Alas.
Ketika batas waktu penampilan akan memasuki batas akhir,semua penampil menutup acara dengan menyanyikan bersama lagu Ameku Sayang (Mamakku sayang), yang syairnya demikian indah seperti berikut ini:
Ameku Sayang
Ameeee
Dape kin kandu
Ameee
Dape kin kandu
Ame ku syg ni dape kin kandu,
Ndak kin kandu inget nange anak ndu,
Datang ate mu me nadingken kami,
Kami khut puhun pe jadi korbanne,
Seminggu sekali me khumah mame,
Mame khut puhun pe jadi korbanne,
Mulai cut nakhi me,
Soh te mebelin ku,
Ndak pernah kukhase geluh bahagie,
Si paling ku sedih,
Si ku khaseken,
Ni khu ku syg,
Ni tenggo Tuhan