Dyah Ingin Adopsi Sistem Belajar PAUD Al-Falah Cipayung di Aceh

Bunda PAUD Aceh Dyah Erti Idawati saat berkunjung ke Sekolah PAUD Al-Falah, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa, 1 Desember 2020. (Foto: Humas BPPA)

Jakarta - Bunda PAUD Aceh Dyah Erti Idawati ingin mengkloning (mengadopsi) sistem belajar yang diterapkan di Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Al-Falah Cipayung, Jakarta Timur. Hal itu berkaitan dengan trendnya PAUD Holistik Integratif (HI) yang tengah digodok oleh Direktorat PAUD Kemendikbud.

"Alhamdulillah perjalanan kami kemarin (Senin) juga sudah bertemu dengan beberapa pihak (di Direktorat PAUD Kemendikbud). Hal ini tidak lain untuk memajukan pendidikan anak usia dini di Aceh," kata Dyah saat berkunjung ke Yayasan Sekolah Al-Falah Cipayung, Jakarta Timur, Selasa, 1 Desember 2020.

Dalam kunjungan itu, Dyah yang didampingi tim Pokja Bunda PAUD Aceh, disambut Ketua Yayasan Sekolah Al-Falah Cipayung Wismiarti.

Dyah mengatakan, kedatangan dirinya ke Jakarta bersama tim Pokja Bunda PAUD Aceh sangat berkaitan dengan yang saat ini sedang trend yakni PAUD HI.

"Dimana disetiap pelayanan pendidikan PAUD itu dikembangkan beberapa pelayanan, termasuk kesehatan, pengasuhan, memantau tindak kekerasan terhadap anak dan lain sebagainya. Sehingga disatu pintu itu bisa dilaksanakan secara terterintegrasi," kata Isteri Gubernur Aceh itu.

Diketahui, sistem belajar di PAUD tidak diajarkan baca tulis. Akan tetapi lebih kepada bagaimana berpikir kritis dan bereksperimen sehingga bisa dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari, sebelum duduk di bangku Sekolah Dasar.

"Kemudian buru mulai memikirkan akademisnya, yaitu teknis membaca, menulis, menghitung dan lainnya," ujar Dyah.

Selain itu, Dyah juga berkesan dengan gedung sekolah yang dibangun oleh Yayasan Al-Falah itu. Karena dengan konsep yang ramah disabilitas.

Ketua Yayasan Sekolah Al-Falah Cipayung Wismiarti mengatakan, dalam program sekolah Al-Falah, selain diperuntukkan kepada semua anak, juga bagi mereka yang berkebutuhan khusus.

"Kapasitas yang kita terima di sini untuk anak berkebutuhan khusus itu 10 persen dari jumlah murid yang ada. Jadi kalau lebih dari itu tidak aman, karena setiap kelompok ada satu anak yang berkebutuhan khusus," katanya.

Ia menyebutkan, dalam program belajar mengajar yang diterapkan, salah satunya selain belajar dari guru, murid juga belajar dari temannya. "Oleh karena itu setingan lingkungan menjadi menu utama kita. Syarat dari program kita, kita belajar dari Amerika," ujarnya.