PRESS RILIS
Jakarta - Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah MT berharap semangat diaspora menjadi pemantik bagi generasi muda Aceh di masa sekarang, sehingga bisa tampil menjadi sumber daya yang kompetitif di tingkat nasional dan global.
Harapan itu disampaikan Gubernur Aceh, saat membuka Webinar peningkatan wawasan global dan Keindonesiaan pada masyarakat Aceh, yang diselenggarakan Diaspora Global Aceh, secara virtual, Rabu, 10 November 2021.
Nova mengatakan, kisah perjuangan para diaspora Aceh ini telah dituangkan
dalam sebuah buku "Diaspora Aceh Melintas Jagat", yang diterbitkan Yayasan Taman Iskandar Muda (TIM) beberapa waktu
lalu di Jakarta.
"Buku itu sangat berharga sebagai
pembelajaran bagi siapapun yang ingin memaknai perjuangan hidup. Dari buku itu, dapat kita pahami bahwa kesuksesan para Diaspora di negeri rantau tidak diperoleh dengan mudah," kata Nova.
Para diaspora Aceh, tambah Nova, berhasil meraih kesuksesan di perantauan dengan bekerjas keras, belajar serius, tanpa peduli dengan gengsi. "Sikap para diaspora itu menjadi bukti, kalau orang Aceh sesungguhnya sangat terbuka dan mudah menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Namun jika berkaitan dengan aqidah, memang militansi orang Aceh sangat kuat," sebutnya.
Di mana pun orang Aceh berada, katanya, ke-Islamannya pasti tidak akan luntur. Maka tidak heran jika banyak orang Aceh menjadi tokoh Islam di negeri lain.
"Sejarah Wali Songo di Tanah Jawa
menjadi bukti bagaimana ulama Aceh di perantauan begitu, berperan dalam pengembangan Islam," jelas Gubernur.
Sehingga, tambahnya, dengan rentetan fakta dan sejarah ini sudah cukup meyakinkan dunia kalau orang Aceh itu sangat peka dengan perkembangan global.
"Hal ini yang mendorong kita untuk dapat mengembangkan bidang studi “Global Kompetensi” bagi generasi muda Aceh," katanya.
Studi Global Kompetensi, kata Nova, bukanlah untuk menyerap semua budaya luar dan kemudian diterapkan di Aceh, melainkan sebagai perbandingan dan untuk memperluas wawasan di tingkat lokal.
"Maka itu, Pemerintah Aceh begitu antusias mendorong generasi muda Aceh belajar hingga ke seluruh dunia melalui program Aceh Carong dan Aceh Teuga," kata Nova.
Ia mengatakan, banyak anak-anak muda Aceh yang belajar ke luar dengan fasilitas beasiswa dari Pemerintah Aceh, dan ada pula yang mendapat beasiswa dari lembaga lainnya.
"Namun di saat bersamaan, kita juga memiliki program Aceh Meuadab,
yakni memperkuat khittah Aceh sebagai Serambi Mekkah melalui implementasi nilai-nilai Islam. Artinya, kita terus mendorong masyarakat Aceh untuk peduli dengan perkembangan global, tapi nilai budaya lokal tidak boleh hilang," sebut Gubernur.
Untuk itu, diharapkan dua semangat tersebut dapat ditularkan para diaspora Aceh yang telah banyak sukses di negeri orang. Salah satunya melalui Webinar ini.
"Oleh karena itu saya berharap pengetahuan yang dibagikan di dalam webinar ini jangan hanya untuk konsumsi para peserta saja," katanya.
Ia juga meminta, sebaiknya poin-poin penting dari webinar ini hendaknya dapat dirumuskan, untuk disampaikan kepada masyarakat luas pada kesempatan yang lain.
"Dengan demikian, masyarakat Aceh yang ada di pedesaan pun dapat belajar dari pengalaman para diaspora dan narasumber kelas dunia yang hadir pada kesempatan ini," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Diaspora Global Aceh, Mustafa Abubakar mengatakan, pembentukan diaspora Aceh global juga didorong oleh kenyataan, pada saat halal bihalal sejagat yang diselenggarakan pengurus pusat TIM, pada 13 Juni 2021.
"Bahwa perantauan orang Aceh mengalami intensifikasi, ekstensifikasi sekaligus," katanya.
Mustafa menjelaskan, intensifikasi dalam hal ini, adalah aktualisasi para perantau Aceh yang telah mampu membangun reputasi yang diakui publik dalam berbagai bidang dan keahliannya masing-masing, baik di tingkat nasional maupun internasional.
"Sedangkan ekstensifikasi dalam hal ini, adalah keluasan distribusi geografis para perantau Aceh keseluruhan dunia.
Artinya sebaran perantau Aceh sudah mencapai keberbagai pelosok dunia," ujarnya.