Terkendala Biaya, BPPA Bantu Pulangkan Lima Warga Aceh

Staf BPPA dan Ketua TIM cabang Tanjung Priok mendampingi pasangan suami istri dan anaknya asal Bireuen, sebelum diberangkatkan, di Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur, Jumat, 23 Desember 2022.

JAKARTA - Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) membantu memfasilitasi pemulangan lima warga Aceh dari Jakarta, karena terkendala biaya serta.

Dari lima warga tersebut, diantaranya pasangan suami istri serta satu putranya asal Alue Barat, Kecamatan Samalanga, Bireuen yakni Rahmadi Ida (44), Rasyidah (28), dan anaknya Al Farabi (4). Sedang dua warga lagi, Auliadi (40) asal Kampung Belakang, Johan Pahlawan, Aceh Barat, dan Rajali Abdul Jalil (57) berasal dari Langsa.

Kepala BPPA Akkar Arafat S.STP, M.Si mengatakan, pihaknya memfasilitasi kelima warga Aceh itu setelah mendatangi BPPA meminta bantuan supaya dipulangkan ke Aceh.

"Dan kita juga mengkonfirmasi ke pegayuban asal Aceh di Jakarta, Taman Iskandar Muda (TIM) cabang Perumnas Klender, Jakarta Timur serta TIM cabang Tanjung Priok yang merupakan lokasi mereka berdomisili, bahwa yang bersangkutan tersebut layak mendapatkan bantuan," sebutnya.

Mereka pun sebut Akkar, dipulangkan seperti warga Aceh kurang mampu lainnya yang mendapatkan fasilitas bantuan, yakni dengan menumpangi bus Putra Pelangi, melalui Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur, Jumat, 23 Desember 2022.

"Pasangan suami isteri bersama anaknya yang berasal dari Bireuen mereka diberangkatkan siang pukul 13.00 WIB, sedang Auliadi dengan Rajali Abdul Jalil berangkat sore, pukul 16.00 WIB," kata Akkar.

Ia menjelaskan, kegiatan bantuan tersebut sesuai dengan program kerja BPPA yang telah berjalan selama ini. "Dan ini juga amanah dari Pj Gubernur Aceh untuk memperhatikan warga Aceh kurang mampu di sini," sebutnya.

Selain itu, diingatkan bagi warga Aceh yang merantau dan mempunyai keluarga diharapkan bisa berkoordinasi dengan paguyuban masyarakat Aceh di Jakarta, seperti TIM, serta komunitas daerah asal kabupaten atau kota.

"Sehingga dengan demikian ada hubungan silaturahim yang terjalin dan terjaga," ujarnya.

Sementara itu, Ketua TIM cabang Tanjung Priok, Saimi A. Jalil yang merekomendasi pemulangan pasangan suami isteri serta seorang anak mengatakan, mereka akhir-akhir ini mengalami permasalahan ekonomi.

"Mereka jualan warung kecil-kecilan di daerah Tanjung Priok, Jakarta Utara, tapi akhir-akhir ini penjualannya menurun, sehingga terkendala dengan biaya hidup di sini," kata Saimi.

Apalagi tambahnya, warga asal Bireuen tersebut yang tinggal Jakarta sejak lima tahun lalu, harus membayar kontrakan mereka tiap bulannya. Dengan keterbatasan biaya, mereka berkeinginan pulang ke Aceh.

"Kita yang mendapatkan laporan dari warga lainnya, sehingga menyampaikan hal ini kepada Badan Penghubung Pemerintah Aceh, supaya mereka mendapatkan fasilitas pemulangan ke Aceh," ujarnya.

Begitu juga, warga Aceh Barat, Auliadi mengatakan ingin pulang ke Aceh, karena akhir-akhir ini mengalami masalah perekonomiannya.

"Sudah hampir dua bulan ini tidak mendapatkan pekerjaan yang bisa mencukupi biaya hidup saya dan keluarga di Jakarta. Kerjaan saya serabutan, kadang kerja bangunan, di tempat cuci sepeda motor, kadang-kadang bantu orang jualan, apa saja kerjakan," kata Auliadi.

Auliadi mengaku meninggalkan tanah kelahirannya sejak lima tahun lalu untuk merantau bersama isterinya, dan sudah dikaruniai tiga orang anak. Selama diperantauan mereka tinggalnya sering berpindah-pindah, sesuai dengan pekerjaan yang diperolehnya.

"Kadang-kadang saya di Bandung kalau dapat kerjaan di sana. Dalam dua bulan ini kami di Jakarta, tinggalnya di daerah Klender, Jakarta Timur, sewa kamar Rp 300 ribu per bulan," sebutnya.

Selain masalah terhimpitnya perekonomian, Auliadi ingin pulang ke kampungnya juga karena orang tuanya sedang sakit-sakitan. Namun isteri serta tiga anaknya tidak ikut serta ke Aceh.

Dengan dibantu pemulangan ini, mereka mengaku sangat bersyukur, dan menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Aceh khususnya Badan Penghubung Pemerintah, karena telah memfasilitasinya pulang ke kampung.