Plt Gubernur Aceh Usul Tiga Major Project dan Non-Major Project 2021 di Bappenas

Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah MT, didampingi Kepala Bappeda Aceh, Helvizar Ibrahim dan Asisten II , Teuku Ahmad Dadek saat memberikan paparan usulan Tiga Major Project dan Non-Major Project 2021 di Bappenas, Jakarta, (Foto: Humas BPPA)

JAKARTA - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh H Nova Iriansyah M.T memaparkan tiga major project (Proyek Prioritas Strategis) dan tiga non major project 2021 di Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, Rabu (04/03/2020).

Hal itu disebutkan Nova Iriansyah dalam Rapat
Koordinasi (Rakor) dengan para Gubernur seluruh lndonesia itu, tiga usulan proyek prioritas strategis, diantaranya dukungan kawasan industri Aceh Ladong jalan lintas tengah.

"Itu meliputi jalan Jantho-Keumala dan jalan Geumpang-Pameu," sebut Plt Gubernur Aceh, didampingi Kepala BAPPEDA Aceh, Ir Helvizar Ibrahim, M.Si serta Asisten II Bidang Pembangunan dan Perekonomian Sekretaris Daerah Aceh, Teuku Ahmad Dadek.

Major project selanjutnya tambah Nova, pengendalian banjir Krueng Singkil dan pembangunan cekungan penampungan air (embung) Krueng Raya, Aceh Besar.

Plt Gubernur Aceh, merincikan major project jalan lintas tengah Jantho-Keumala dan Geumpang, untuk kondisi eksisting di lintas Jantho-Keumala itu belum tersambung, yaitu sepanjang 38.91 Kilometer. Dimana wilayah tersebut masuk ke Kabupaten Aceh Besar dan Pidie.

"Begitu juga untuk kondisi eksisting lintasan Geumpang-Pameu yang belum tersambung sepanjang 59.60 kilometer," kata Plt Gubernur Aceh.

Sedangkan untuk lintasan yang sudah tersambung, tambah Plt Gubernur, Keumala - Geumpang 69.12 kilometer, Pameu - Genting Gerbang 53.70 kilometer dan Genting Gerbang-Takengon 20.65 kilometer.

Lalu major project pengendalian banjir Krueng Singkil, sebut Nova, kondisi eksistingnya untuk status penanganannya belum fokus anggaran. Permasalahan banjir yang terjadi dalam setahun tiga kali menggenangi ibukota kabupaten dan pemukiman masyarakat.

"Pengembangan perencanaan atau Detail Engineering Desain (DED) pun sudah ada. Solusinya perlu didorong supaya masuk dalam proyek strategis nasional," sebut Plt Gubernur Aceh.

Plt menyebutkan, adapun manfaatnya pembangunan prasarana tersebut agar terkendalinya banjir tahunan dan berkurangnya keresahan masyarakat.

"Sasarannya terbangunnya prasarana sistim pengendalian banjir," ujar Nova Iriansyah.

Kemudian kata Plt Gubernur, untuk kondisi eksisting major project pembangunan Embung Krueng Raya untuk pengembangan kawasan industri Aceh Ladong dan Aceh Besar, salah satu wilayah Kawasan Industri yang akan dikembangkan di Provinsi Aceh adalah kawasan KIA Ladong yang terletak di Aceh Besar.

"Lokasi ini dipilih karena dekat dengan pelabuhan dan terdapat kegiatan jaringan irigasi tanah," ujar Nova.

Menurutnya, membangun kawasan Industri Modern diperlukan sarana dan
prasaran yang memadai, salah satunya dengan penyediaan sumber air baku yaitu Pembangunan Embung Krueng Raya.

"Itu juga untuk memenuhi kebutuhan air baku, pariwisata dan peningkatan pendapatan masyarakat," katanya.

Adapun tiga usulan untuk non major project 2021, diantaranya bendung irigasi D.I Krueng Pase, duplikasi jembatan Peudada dan pembangunan Simpang Susun Santan.

Ia merincikan kondisi eksisting untuk Irigasi D.I Krueng Pase yang berlokasi di Bendung Baru, bendungnya dibangun pada 1931 dengan memanfaatkan sumber air dari sungai Krueng Pase.

"Awalnya merupakan jaringan Irigasi Semi Teknis, pada tahun 1980-an ditingkatkan menjadi Irigasi Teknis dengan luas layanan 8.922 hektar tersebar dalam 9 Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara dan satu kecamatan dalam wilayah Kota Lhokseumawe," rincinya.

Fungsi Irigasi Krueng Pase tambahnya, untuk menjamin ketersediaan air irigasi
yang dapat menaikkan indeks pertanaman dari satu kali menjadi dua kali dalam setahun.

"Sehingga akan dapat meningkatkan produksi panen yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi di kabupaten Aceh Utara khususnya. Selain itu juga merupakan salah satu Lumbung Pangan di Provinsi Aceh," sebutnya.

Adapun dampak yang ditimbulkan akibat kerusakan bendung saat itu, katanya, masyarakat tani menderita kerugian dengan terjadinya gagal tanam
dan gagal panen selama dua kali musim tanam.

Plt Gubernur juga merincikan, bangunan utama (bendung) 56 persen rusak berat, saluran pembawa 161 kilometer, 22 persen rusak sedang. Bangunan pada saluran pembawa 168 unit, 22,6 persen rusak sedang, jaringan pembuang 46 kilometer 28,75 persen rusak sedang dan readiness kriteria sudah lengkap.

Selanjutnya untuk non major project duplikasi jembatan Peudada, kondisi eksistingnya DED rencana dilaksanakan pada 2016 oleh P2JN Aceh. Dengan panjang 240 meter, lebar perkerasan 7,5 meter dan lebar bahu 1 x 2 meter.

Dan untuk kondisi eksisting pembangunan Simpang Susun Santan, statusnya masih tahap penanganan. Dan Belum terbangunnya ke Simpang Susun.

"Perkembangannya, jembatan belum terhubung (belum fungsional), dan pembebasan tanah tahun 2020. Solusinya percepatan pembangunan Simpang Susun," tuturnya. []