Anak Aset Orangtua yang Paling Berharga

Ustad Teuku Khairul Fazli, Lc,

Jakarta - Pada suatu ketika di zaman Umar Bin Khattab radhiyallahu 'anhu, ada seorang bapak datang menemui Umar dan mengadu kepada beliau atas perilaku buruk anaknya atas dirinya.

Kemudian beliau (Umar) marah dan menyampaikan kepada bapak itu, "panggil anak mu ke sini. Kenapa dia bisa durhaka kepada mu?.

Hal itu dikatakan dalam khutbah yang disampaikan ustad Teuku Khairul Fazli, Lc, saat menjadi khatib di Mess Aceh, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat, 28 Januari 2022.

Ia menyebutkan, tidak berapa lama, anak itu dihadapkan kepada Khalifah Amirul Mukminin Umar Bin Khattab radhiyallahu 'anhu. Ketika anak itu berada di depan Umar, langsung memarahinya, menghardiknya. 

Akan tetapi katanya, anak itu dengan santainya mengatakan, "Wahai Amirul mukminin jangan tergesa-gesa. Engkau baru mendengar pengaduan dari bapak saya, namun belum mendengar klarifikasi dari saya."

Kemudian anak itu mengatakan lagi, "Wahai Amirul Mukminin, bukankan anak itu memiliki hak yang harus ditunaikan oleh orang tuanya,".

Lalu, Umar mengatakan,"Ya ada." Anak itu bertanya, "Apa itu wahai Amirul mukminin?"

"Umar menyebutkan, ada tiga hak anak yang harus ditunaikan oleh orang tuanya (bapaknya), diantaranya yang pertama, mencarikan kepada anak tersebut ibu yang baik. Kedua memberikan kepada anak nama yang baik. Dan ketiga mengajarkan kepada anaknya pendidikan Alquran," sebut khatib.

Setelah anak ini mendengar apa yang disampaikan oleh Umar mengenai hak anak yang harus ditunaikan oleh bapaknya. Maka langsung dia mengatakan, "wahai Amirul Mukminin, bahwa bapak ku belum menunaikan satu pun hak yang engkau sebutkan tadi.

Bahwa engkau mengatakan memberikan hak kepada anak, ibu yang baik. Sedangkan bapak ku ini memberikan seorang ibu (budak) yang bekerja pada orang Majusi. Itu yang dijadikan ibu untuk ku."

"Makanya para ulama mengatakan, sebelum kita menikah, maka carilah isteri dari keturunan yang baik, dari nasab yang baik dan memiliki akhlak yang baik. Karena itu hak anak yang harus ditunaikan oleh orang tuanya," kata Ustad Fazli.

Kemudian, "Wahai Amirul Mukminin, kedua engkau mengatakan hak anak yang harus ditunaikan oleh orang tuanya adalah memberikan kepadanya nama yang baik. Sedangkan bapak ku ini memberikan namaku dengan sebutan, "hewan yang hidup di padang pasir yang memakan kotoran", itu yang dijadikan nama untuk ku wahai Amirul Mukminin."

Padahal, Nabi SAW bersabda: "Ada dua nama yang paling dicintai oleh Allah SWT. Pertama Abdullah, dan kedua Abdurrahman". Minimal kita memberikan nama-nama anak dengan nama yang baik. Karena nama itu merupakan suatu doa. Apalagi namanya yang mengandung maknak, itu yang sangat dianjurkan oleh para ulama.

Kemudian, yang ketiga wahai Amirul Mukminin, engkau mengatakan, hak yang harus ditunaikan oleh bapaknya, mengajarkan kepada anaknya pendidikan Alquran. Sampai saat ini, sampai sebesar ini wahai Amirul mukminin, saya belum pernah diajarkan satu huruf pun tentang Alquran. Saya dibiarkan hidup melalang buana tanpa pendidikan Alquran.

Maka, setelah Amirul Mukminin mendengar apa setelah disampaikan oleh anaknya, Umar langsung berpaling ke bapak tadi, seraya berkata durhaka kamu kepada anak mu. Engkau telah berbuat buruk kepada mereka, sebelum mereka berbuat buruk kepada mu.

"Dari kisah ini, dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya, bukan hanya anak saja durhaka kepada orang tuanya, bahkan orang tua pun yang tidak menunaikan hak-haknya kepada anak akan durhaka kepada Allah, juga akan durhaka kepada anak-anaknya. Karena anak merupakan aset orang tua yang paling berharga," kata khatib.

Bukankah Nabi SAW dalam hadits riwayat Tirmidzi bersabda: "Ketika manusia meninggal dunia, maka semua amalannya terputus". Shalat yang dia lakukan terputus pahalanya, puasa yang dia kerjakan terputus pahalanya, zakat yang ia keluarkan pun terputus pahalanya. Kecuali tiga kata Nabi, yang pertama sedekah jariyah, kalau ada tawaran infaq fisabilillah, pembangunan masjid, pembangunan pesantren, maka sebenarnya kita ikut hadir. Karena itu merupakan sedekah jariyah.

"Selama tempat itu digunakan untuk ibadah, selama itu pula kita mendapatkan manfaatnya. meskipun diri sudah terbujur kaku di alam kubur, kita tetap mendapatkan transferan pahalanya," sebut khatib.

Kemudian yang kedua kata Nabi, ilmu yang bermanfaat. Imam An Nawawi, salah satu seorang ulama besar dikalangan mashab Syafi'i, beliau hidupnya cuma 45 tahun, tapi karyanya luar biasa. Hampir semua kaum muslimin yang antusias kepada agama, pasti mengenal kitab beliau yang berjudul Riyadhus Shalihin.

"Setiap orang membacakan kitab tersebut, kemudian mendoakan kepada beliau, kemudian mengamalkan kandungannya, maka sebesar itu pula beliau akan mendapatkan transferan pahalanya," katanya.

Sebagaimana hadits Nabi SAW: Barang siapa yang mengarahkan, yang menunjukan kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan sebagaimana orang yang mengamalkan tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya.

Dan yang ketiga kata Nabi, anak yang saleh yang senantiasa mendoakannya. Jadi ketika sudah meninggal dunia, kemudian meninggalkan anak yang shaleh dan shalehah yang setiap waktu shalat mengingatkan kita, berinfaq atas nama kita, mengirimkan pahala kepada kita. Alangkah bahagianya orang tua memiliki anak seperti ini.

"Semoga Allah SWT memberikan kepada kita anak yang shaleh dan shalehah yang mengabdi kepada Tuhan nya dan berbakti kepada orang tuanya," ujarnya.