Berislam Secara Totalitas

Tgk. Munawir Umar, S.Ag, MA

Jakarta -  "Wahai orang-orang yang beriman, masuk Islamlah kamu secara kaaffah, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah: 208).

"Paling tidak, ada empat cakupan beragama secara totalitas berdasarkan ayat di atas," kata Tgk. Munawir Umar, S.Ag, MA, saat mengisi khutbah, di Mess Aceh Cikini, Jakarta Pusat, Jumat, 5 November 2021.

Ia merincikan, pertama, totalitas (kaffah) dalam pengertian keseluruhan ajaran Islam. Islam adalah pedoman hidup yang lengkap dan sempurna.

"Allah berikan kepada kita untuk mengatur keseluruhan aspek kehidupan. Oleh karena itu, maka kita harus menerima dan mengamalkan seluruh ajaran Islam. Tidak boleh kita ambil setengah-setengah. Salah satu ajarannya kita amalkan, sementara ajarannya yang lain kita buang," kata Dosen Institut Agama Islam Al-Ghuraba, Jakarta itu.

Khatib mengatakan, banyak orang yang ketika shalat menggunakan tata aturan Islam, tapi disayangkan ketika jual beli tidak mau ikut aturan Islam. Ada juga yang saat berpuasa konsisten dengan tata aturan Islam; tidak makan, tidak minum dan tidak berdusta, tapi saat berpolitik tak mau berpegang teguh dengan ajaran Islam sehingga bermain culas, lalu korupsi dan suka berbohong.

"Banyak yang punya anggapan ini masalah politik, bukan masalah agama. Seakan-akan kalau berpolitik, lalu boleh berdusta dan culas," katanya.

Padahal katanya, Islam sesungguhnya sebagaimana mengatur tentang shalat dan puasa juga mengatur tentang dagang dan mengatur urusan negara. Islam sebagaimana mengatur tentang keimanan dan ibadah, juga mengatur tentang hukum dan tata cara berbusana.

Pendek kata, tambahnya, Islam itu mengatur manusia dari bangun tidur hingga tidur lagi bahkan saat tidur. Mengatur manusia dari lahir hingga menguburnya saat mati. Islam mengatur mulai dari masuk kamar mandi hingga mengatur bangsa dan negara bahkan dunia.

"Kita sudah lama dicekoki dengan ajaran sesat sekularisme, yang memisahkan antara urusan dunia dan akhirat, yang memisahkan antara urusan negara dan agama. Perlu ditegaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah adalah agar kita jadikan pedoman hidup. Kita amalkan semua ajarannya. Bukan sekedar kita baca untuk mencari pahala, sementara tata aturannya kita tinggalkan. Kita ambil mana yang kita suka dan kita buang mana yang kita tidak suka," sebutnya.

Sungguh, Allah mengecam berat terhadap orang-orang yang beragama secara parsial. 
"Apakah kamu beriman kepada sebagian isi Al-Kitab dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari kamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat." (QS.Al-Baqarah: 85).

Ia menyebutkan, Kedua, totalitas (kaffah) dalam pengertian tempat.
Artinya, pengamalan terhadap ajaran Islam harus dan mestilah dilakukan di mana pun manusia berada dimuka bumi Allah ini.

Karena Islam diturunkan oleh Allah untuk seluruh manusia sejak awal kejadian hingga akhir zaman.
Karena Rasulullah pun berwasiat: Bertakwalah kepada Allah dimana pun engkau berada, dan hendaknya setelah melakukan kebaikan yang menghapusnya. Dan bergaullah dengan orang lain dengan akhlak yang baik. (HR. Ahmad dan Tirmidzi) 

"Maka seyogianya siapa saja yang tak mau diatur oleh Allah hendaknya tidak berada di bumi yang diciptakan oleh Allah. Sebagai orang beriman, seyogianya sadar bahwa Allah melihat di mana saja kita berada. Tidak ada tempat di muka bumi ini, sejengkal pun, yang manusia luput dari pengetahuan dan penglihatan Allah SWT," kata khatib.

Selanjutnya yang ketiga, totalitas (kaffah) dalam pengertian keseluruhan waktu dan tempat. Artinya, kita harus ber-Islam secara totalitas seluruh perintah dan menjauhi segala larangan Allah, tunduk dan patuh kepada-Nya kapan saja dan dimana saja kita berada.

"Ada seseorang ke Masjid kalau hari Jumat saja. Padahal panggilan Allah lima kali dalam setiap hari. Bahkan ada yang hanya ‘Idul Adha dan ‘Idul Fitri saja. Termasuk banyak seseorang yang rajin ibadah hanya di bulan Ramadhan saja. Setelah bulan Ramadhan, selesai semuanya," sebutnya.

Dan keempat, totalitas (kaffah) dalam pengertian keseluruhan keadaan. Artinya, kita harus ber-Islam, tunduk dan patuh kepada Allah baik dalam kondisi gembira atau susah, lapang atau sempit, sehat atau sakit, suka atau duka.

"Ada orang yang ketika sehat rajin shalat, tapi ketika sakit tidak lagi. Atau sebaliknya, ketika sakit rajin shalat dan berdzikir serta berdoa, tapi ketika sehat lupa kepada Allah. Ketika miskin rajin ke Masjid, tapi ketika sudah kaya dan jadi pejabat tak lagi ke masjid," katanya.

"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi [980]; Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang [981]. rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (QS.Al-Hajj 22:11).

Nabi bersabda: “Ingatlah kamu saat senang, niscaya Allah mengingatmu saat susah.” (HR. Thabrani).